Setelah Rokan War, Jabung War Kah?
- Kajian Energi PATRA

- Aug 17, 2018
- 2 min read
Updated: Aug 19, 2018
Seperti yang telah kita ketahui bersama, buntut panjang Rokan War (perebutan Blok Rokan) berakhir dengan penyerahan 100% Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero) setelah kontrak berakhir. Blok yang sudah dikelola PT Chevron Pacific Indonesia sejak tanggal 8 Agustus 1971 akan berakhir kontraknya tahun 2021. Menurut Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, kunci kemenangan PT Pertamina (Persero) ini adalah karena penawaran Chevron jauh di bawah Pertamina dari segi produksi penerimaan negara dan bonus tanda tangan. Kendati demikian, Pertamina tidak hanya melirik blok minyak tersebur di Indonesia ini, PT Pertamina (Persero) juga ternyata melirik Blok Jabung. Pertanyaan pun muncul, mampukah Pertamina mengulangi kesuksesan tersebut pada Blok Jabung?

Dikutip dari CNBC Indonesia, Pertamina telah mengajukan permohonan open data untuk Blok Jabung pada tanggal 6 Juli 2018 yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Migas ESDM. Surat ini menyebutkan bahwa pengajuan open data ini dilakukan sebagai langkah untuk meningkatkan peran dalam pengelolaan sumber energi nasional. Alasan mengapa Pertamina menunjukkan ketertarikan terhadap Blok Jabung adalah karena potensi blok tersebut. Sampai pada April 2018, berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak di Blok Jabung tercatat sebesar 14.194,83 BOPD dan produksi gas sebesar 295,32 MMCFD. Blok ini akan habis kontraknya pada 26 Februari 2023 mendatang.
Pemerintah merencanakan untuk memulai pembahasan terkait siapa pengelola Blok Jabung pada September mendatang, sebab menurut pak Arcandra Tahar, blok-blok yang terminasi 2023 akan mulai dibicarakan September ini. Dengan adanya rencana ini, bukan tidak mungkin akan terjadi ‘perang’ kembali antara Pertamina dan pihak asing. Kali ini bukan dengan perusahaan asal Amerika, melainkan BUMN Raksasa China, PetroChina. Perlu diketahui bahwa saat ini kontraktor WK Jabung adalah PetroChina yang juga sebagai opearator (27,85%), Petronas Carigali (27,85%), PHE Jabung (14,28%) dan PT PP Oil & Gas (30%).
Menanggapi hal ini, Kementerian ESDM pun buka suara. Melalui Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, menyarankan agar PT Pertamina (Persero) fokus mengelola blok Rokan dan Mahakam saja untuk mempertahankan bahkan meningkatkan produksi blok tersebut. Sampai saat ini beliau mengklaim pihaknya belum menerima pengajuan izin perpanjangan dari PetroChina sebagai kontraktor eksisting blok Jabung. Sebenarnya tak salah juga jika PT Pertamina memang berhasrat ingin memperjuangkan Blok Jabung sebagai langkah dalam nasionalisasi pengelolaan blok migas di Indonesia.
Mengambil Blok Rokan dan Blok Jabung sekaligus memang merupakan langkah yang strategis. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan oleh Pertamina yaitu terkait kekhawatiran akan kondisi keuangannya yang saat ini bisa dibilang sangat terbatas mengingat adanya kebijakan BBM satu harga, dolar AS menguat, dan subsidi tidak bertambah. Oleh karenanya, Pertamina perlu mengajak investor lain untuk ikut serta dalam mengambil blok ini. Pertanyaan diatas pun kembali muncul, mampukah Pertamina mengulangi kesuksesan pada Blok Jabung? Atau bahkan yang lebih sederhana, apakah Pertamina siap untuk ‘berperang’ di Blok Jabung? Mari kita simak kelanjutannya pada September mendatang, apakah Jabung War akan benar-benar terjadi atau hanya gagasan belaka.


Oleh : Gerry Adam Alwyn Syah (Staff Divisi Kajian Energi Taktis HMTM "PATRA" ITB)
Referensi :
https://katadata.co.id/berita/2018/07/31/pertamina-rebut-100-blok-rokan-dari-chevron
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180728110623-4-25851/incar-rokan-dan-jabung-sanggupkah-pertamina
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180808124401-4-27550/incar-blok-jabung-pertamina-bakal-lawan-bumn-raksasa-china
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180810134647-4-27991/pertamina-minta-blok-jabung-esdm-fokus-rokan-mahakam-saja





Comments